Senin, 10 Mei 2010

Minggu, 09 Mei 2010

makna musik dan sejarahnya


Sejak zaman purbakala, musik digunakan oleh para homo sapiens, untuk membuat sebuah term alat pemaknaan lain, berbelok dari apa yang kita setujui sebagai bahasa. Bahasa sendiri mengalami berbagai konvensi, agar mencapai ke dalam persamaan makna. Persamaan makna itu lalu disepakati juga cara eja, dan penulisannya. Dari situlah awal isi otak bisa didokumentasikan dan disebarluaskan.

Pada awalnya, Musik sendiri hadir dalam paket lain, yang fungsinya tidak sesederhana untuk mengiringi kita menunggu telepon teman diangkat (RBT). Perpaduan dari bebunyian ritmis, melodis dan perkusionis, dipadu padankan untuk merayakan kelahiran, bersyukur atas panen melimpah sampai memanggil hujan.

Musik pada awalnya diyakini sebagai cara alternatif untuk berkomunikasi di saat isi otak yang terbatas oleh kosa kata yang ada di dunia. Itulah saat dimana musik berbicara. Dia mentransfer energi-energi yang maknanya tidak bisa ditangkap dengan bahasa.

Sampai saat dimana teknologi rekaman analog lahir, dan manusia sadar bahwa bebunyian yang dirancang agar menciptakan harmoni itu mempunyai daya tarik dan daya jual, maka terciptalah industri musik. Saat Ritual-ritual bebunyian itu dituangkan menjadi industri, maka ada fakta dimana setiap industri haruslah menarik konsumen yang sebanyak-banyaknya.

Untuk menyederhanakan makna musik yang multitafsir itu, maka pelirikan di setiap karya musik dimantapkan. Elemen vokal menjadi salah satu daya jual yang persentasenya terbesar. Hal ini terjadi, karena dengan adanya vokal, maka sebuah karya musik maknanya menjadi mengkerucut, dan segmen yang dituju menjadi lebih jelas, dan lebih ear friendly pastinya. Hal ini jelas pengaruhnya, karena seperti yang saya paparkan sebelumnya, vokal yang terdiri dari kata-kata yang dibahasakan mempunyai cakupan yang jauh lebih kecil, dan kesimpulan dari musik tersebut jatuh di vokal sebagai pembungkus akhirnya. Vokal menjadi alat pemaknaan yang paling awan di sebuah karya grup musik. Peran vokal di dalam sebuah karya musik modern berangsur-angsur membesar, sampai pada akhirnya banyak grup musik yang vocal oriented. Lagu –lagu dari band yang vocal oriented itu akan dicintai penggemarnya mungkin karena: liriknya yang cerdas, atau ada nilai proximity dengan kejadian hidup mereka. Di Indonesia sendiri, pelirikan dalam lagu sampai tahap dimana menjadi trend, seperti lirik putus cinta, atau lirik cewek nakal, dan yang paling sering adalah lirik tentang selingkuh. Dari lirik juga pada akhirnya kita bisa meraba-raba budaya bangsa kita. Kebiasaan seperti apa pola pikir dan pola hidup bangsa Indonesia.

Dari teknik rekaman juga bisa terlihat, bahwa grup musik komersil akan menaruh vokal dalam porsi terbesar, pada langkah mixing dan mastering.

Tetapi ada mereka yang memilih untuk tidak memerangkap bebunyian itu kepada makna yang sempit. Banyak dari grup musik modern yang berakhir pada pilihan bahwa musik mereka akan dikategorikan instrumental. Jangan harap mereka bisa masuk chart radio lokal. Industri tidak bersahabat dengan mereka yang menolak disodorkan microphone. Pada akhirnya juga mereka menciptakan segmen sendiri di dalam komunitas mereka. Tetapi (di Indonesia) memang tidak akan pernah komersil.

Saya sendiri bukan maniak musik seperti itu. Hanya ada beberapa yang nyangkut di kepala, hati dan telinga. Ini ada beberapa yang menjadi rekomendasi pribadi:

This Will Destroy You

Walaupun mereka berasal dari Texas, musik mereka sama sekali tidak menyerupai Texas Fried Chicken (WTF). Keputusan mereka tidak mengimbuhi vokal memang sangat tepat, karena post rocknya yang monumental memberikan kita suntikan megah meloncati sensasi surga.

Toe

Innu, teman saya memang tepat mengenalkan saya dengan para pemuda jepang ini. Kemampuan mengatur tempo mereka sangat subversif. Musik mereka sangat advance, mengkombinasikan petikan gitar yang clean dan seorang drummer jenius. SHIT.

Jaga Jazzist

Ini adalah sebuah kumpulan musisi pandai. Hampir setiap tahun, personil mereka berganti. Terkadang pada album baru mereka, mereka memboyong personil baru dengan berbagai alat musik baru seperti Tuba, Vibraphone, dan banyak lainnya. Dari kumpulan ini juga lah Thomas Dhybdhall dari The National Bank lahir, Hanne Hukkelberg, Lars Hornveth dan banyak musisi gila lainnya. Dari lebih dari pergantian banyak personil, mereka tetap tidak tertarik untuk merekrut vokalis tetap.

Sketsa

Duo gitaris teman satu sekolah ini memang mempunyai selera yang berbeda. Dikala yang lain headbanging, mereka memilih untuk duduk di kursi dan memperkosa gitar masing-masing.

t-hijau - jago selingkuh ver. Accoustic.avi